CINTA DIBULAN MAULID

“Bulan ini momennya” dawuh sang kiai. Bulan Maulid merupakan bulan yang agung dan sudah masyhur diteliga kita, yakni bulan lahirnya baginda Nabi Muhammad SAW. Di bulan ini kita disadarkan dengan berbagai macam cara kita dalam menjalani hidup. Dalam menjalani hidup ini ada dua jalan yang perlu kita tempuh dan miliki, dua jalan tersebut adalah makrifat dan mahabbah, bagi kita sebagai santri, makrifat sudah dianggap menguasai, Makrifat yang dimaksud menurut pakar ditafsiri dengan ilmu, namun dalam menjalani hidup kita hanya kurang dalam segi mahabbah, mahabah yang dimaksud adalah rasa cinta, rasa cinta pada baginda nabi, untuk memperoleh mahabbah ini, kaidah mengatakan “من احب شيئ فكثر ذكره” dengan memperoleh cinta kita bisa melakukanya dan bisa menjadikan tanda bahwa siapa saja yang mencintai maka dia akan banyak menyebutkan namanya disehari-hari.           

Ada banyak kisah tentang cinta, teruta cinta pada baginda yang kita lakukan di dunia nyata, dan bisa saja tidak kita sadari. Pertama, yang terjadi pada sahabat Anas bin Malik ketika beliau kedatangan tamu Rasulullah SAW, seperti kebanyakan orang pada biasanya, jika yang datang adalah seorang yang dianggap mulia, pasti kita menjamunya dengan penuh istimewa, begitu pula yang dilakukan sahabat Anas, ketika itu sahabat Anas menjamu Rasulullah dengan labu, baginya labu dimasanya merupakan hidangan yang sangat bagus dan sangat cocok dijadikan jamuan, dan benar, Rasullullah sangat menyukai labu tersebut, namun, sahabat Anas sendiri pada waktu itu sangat tidak  menyukai labu tersebut, setelah sahabat Anas menyaksikan Rasulullah mengomsumsi labu dengan sangat nikmatnya, seketika itu pula sahabat Anas ikut menyukai memngomsumsi labu hingga akhir hayat beliau, alasan yang beliau miliki dalam tindakan ini tidak lain hanya karena kecintaannya pada Rasulullah SAW.

Dari kisah ini cinta atau mahabbah bisa di simpulakan dengan “mencitai berarti mengikuti apa apa yang disukai yang dicinta”. Sebenarnya yang sulit dalam cinta adalah bagaimana cara menjalani cinta itu sendiri, karena di dalam makrifat (ilmu) yang dimaksud diatas, yang sulit adalah bagaimana kita mengamalkan ilmu itu sendiri, mahabah pun begitu “mudah diungkapkan, namun sulit dijalani dengan mapan”. Lalu bagaimana kita bisa mudah dalam menjalani cinta yang terlanjur diungkapkan? Banyak pakar mengatakan “tak kenal maka tak sayang”, sehingga dari maqolah ini, agar mudah menjalani cinta, kita ditekan dan dituntut untuk mengenal siapa yang kita cintai, setelah kita mengenal siapa yang kita cintai, kita akan mudah berhati hati didalam mengambil keputusan dan menjalankan cinta yang telah terlanjur singgah di hati.

Semua alur ini, bisa kita aplikasikan pada kecintaan kita pada Raosulluulah, dan dari tema kecintaan ini, kita dianjurkan pada bulan yang mulia seperti malam ini untuk saling mengingatkan, saling menasehati dan saling memperbaiki cinta yang kita miliki dengan cara apapun.

 

# Disampaikan ba’da shalat magrib, oleh: LH. Nahlik Syafi’I, 1 maulid 1444 H, di musolla Mahad Aly Nurul Qarnain, dan ditulis oleh: Kak Lucqi.

Komentar

Postingan Populer